Pengorbanan Seorang Anak

Suatu pagi (subuh) aku mendengar ibuku batuk-batuk dan aku pun terjaga dari tidurku.
Jeni:
(mengambil air) penyakit ibu kambuh lagi ? ini, minum dulu ibu.
Ibu Hapsah mengidap penyakit batuk akut, gagal ginjal dan cacat akibat suatu kecelakaan.
Ibu Hapsah:
iya nak, tenggorokan ibu sangat sakit dan serak. Dan obat ibu juga sudah habis.
Jeni pun diam dan pergi ke kemarnya. Perasaannya sedih, melihat ibunya yang sakit-sakitan dan ditambah lagi obat isi celengannya pun juga habis. Ingin rasanya Jeni membawa ibunya ke rumah sakit, namun apa daya keadaan ekomoni tidak memungkinkan.
Jeni:
(dengan mata yang berkaca-kaca) Ya Allah… kemana aku harus pergi mencari uang buat beli obat untuk ibu dan beli beras untuk makan.
Matahari pun memancarkan sinarnya, jeni hendak pamit dan pergi ke rumah Pak Samir, dengan harapan mungkin barang kali di sana dia mendapatkan pekerjaan.
Jeni:
ibu, aku mau keluar sebentar dulu.
Ibu Hapsah:
Iya nak, hati-hati dan cepat pulang
Sebenarnya ibu hapsah tahu kemana sang anak (jeni) akan pergi. Jeni akan pergi ke rumah apak samir, juragan sapi yang terkenal kaya dan dermawan di kampunya.
Jeni:
(sampai di rumah pak samir) Assalamu’alaikum…
Pak Samir:
Eh, jeni. Wa’alaikumussalam.. sini nak, jeni sudah makan ?
Jeni:
Belum pak.
Pak Samir:
ini makan dulu. Selesai makan tolong bantu bapak mengambil rumput di kebun terus berikan ke sapi-sapi di kandang.
Jeni:
Iya pak, terima kasih (sambil makan).
Sebenarnya jeni tidak begitu lahap makannya, karena teringat ibu di rumah.
Jeni:
(berkata dalam hati) Ya Allah.. kira-kira ibu sudah makan belum yaa.. ?
Pak Samir:
kenapa jeni bengong.. ? ayo habiskan.
Jeni:
jeni teringat ibu di rumah, pak.
Pak Samir:
ochh… jeni tenang saja. Nanti pak kasir bawakan sarapan pagi untuk ibu jeni di rumah. Ayo lanjutkan makannya.
Jeni gembira mendengarnya. Akhirnya jeni pun menghabiskan makanannya.
Sesudah mengambil rumput di kebun dan member makan sapi-sapi di kandang, jeni pun hendak pamit pulang.
Jeni:
Pak, sudah selesai. Jeni mau pulang dulu.
Pak Samir:
Iya nak, terima kasih. Ini sedikit uang buat kamu jajan karena sudah membantu bapak. Tolong sampaikan salam bapak ke ibu, yaa.
Jeni:
Iya, insya Allah saya sampaikan. Terima kasih. Assalamu’alaikum..
Pak Samir:
Wa’alaikumussalam.
Ternyata pak Samir memberi uang Rp.50.000-, hati jeni sangat senang.
Jeni:
Alhamdulillah Ya Allah.. dengan uang ini saya bisa membeli obat dan sedikit beras di warung untuk di bawa pulang.
Sampai di rumah
Jeni:
Assalamu’alaikum.. ibu, jenu pulang.
Ibu Hapsah:
Wa’alaikumussalam. Jeni habis dari mana ?
Jeni:
Dari rumah pak Samir. Jeni bantu pak Samir beri makan sapi-sapinya dan jeni diberi uang terus uangnya jeni beli obat dan beras. Ini beras sama sisa kembaliannya.
Ibu Hapsah:
(perasaan terharu)
Jeni:
Ibu, ternyata pak Samir itu dermawan ya. Tadi jeni di kasih uang Pr.50.000-, padahal jeni hanya bantu beri makan sapi-sapinya saja.
Ibu Hapsah:
Iya, nak. Memang beliau sangat baik dan dermawan.
Selang beberapa menit, jeni pun hendak pamit keluar.
Jeni:
Ibu, jeni keluar dulu ya.
Ibu Hapsah pergi ke dapur dan memasak untuk makan siang dan malam. Namun apa yang terjadi, sesampainya di dapur penyakit ginjalnya pun kambuh.
Ibu Hapsah:
Ya Allah.. Astagfirullah.. Ya Allah.
Penyakit ibu Hapsah kambuh, ibu Hapsah pun terjatuh dan kakinya tertimpa Drum. Dia sendirian di rumah meraung kesakitan.
Jeni keluar rumah sambil menenteng (membawa) karung kecil tempat dia menaruh barang-barang bekas. Dia mencari plastik-plastik di pinggir jalan dan menjualnya kepada pabrik plastik (pengepul). Di tengah perjalanan, teman sekolah jeni dulu waktu SMP kelas VII.
Sonia:
Hey jeni, gimana kabar kamu dan sedang apa.. ?
Jeni:
Alhamdulillah sehat. Ini lagi cari plastik buat dijual nanti (menyembunyikan rasa malu).
Sonia: owhh.. sudah banyak dapatnya.. ?
Jeni:
Alhamdulillah.. lumayan.
Sonia:
Syukurlah. Mm.. yaudah, aku mau ke sekolah dulu, sampai ketemu lagi. Bye bye
Jeni iri melihat teman-temanya dapat bersekolah. Begitu besar keinginannya untuk dapat bersekolah kembali. Namun apa daya, keinginan itu harus dia pendam dalam-dalam, demi mencari uang untuk makan sehari-hari. Ini terjadi saat ayahnya meninggal dunia, pada saat hendak berlibur bersama keluarga. Akan tetapi di tengah perjalanan, mobil yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan yang sampai merengguk nyawa sang Ayah dan kaki ibuanya terpaksa di amputasi.
Jeni:
Ya Allah.. haruskah cobaan ini aku terimah ? mengapa engkau mengambil Ayah, Ya Allah. (sambil meneteskan air mata)
Selesai memulung, jeni pun kembali ke rumah. Namun apa yang dia lihat. Dia melihat ibunya terbaring di lantai dan tidak sadarkan diri.
Jeni:
(membuang karung kecilnya) ibu, ibu kenapa ? ibu.. bangun ibu (sambil meneteskan air mata)
Jenipun segera lari kerumah pak samir ,hendak meminta tolong.
Pak samir:
jeni kenapa ? kok menangis ?
Jeni:
ibu.. ibu pak.
Pak samir:
iya, ibu kamu kenapa ?
Jeni:
ibu pingsan pak.
Pak samir kaget dan segera berlari menuju rumah jeni. setibanya di rumah, ternyata nyawa ibu hapsah tidak dapat tertolong lagi . pak samir bingug harus berkata apa kepada jeni .
Jeni:
pak, tolong ibu pak. kenapa hanya diam saja (sambil merontak).
Pak samir:
jeni sabar nak. Tabahkan hatimu .
Jeni:
Maksud bapak apa? (menangis sambil memeluk ibunya )
Pak samir:
ibu kamu ……hmmm……ibu sudah tidak ada nak (sambil menenangkan jeni)
Jeni:
(kaget) apa ? Tidak mungkin. ibu pasti mendengar suara saya. ibu….. ibu bangun bu. ibu tidak mungkin meninggalkan jeni. kalau ibu pergi jeni juga ikut bu. (menangis)
Jeni terus menangis, berteriak, merontak, dan menggoyangkan badan ibunya.
Pak samir:
Hentikan nak, sabar. jangan seperti ini nanti ibu kamu sedih. kamu tidk mau melihat ibu kamu sedihkan ?kamu sayang sama ibu kamukan ? (sambil meeluk jeni). Sabar nak, semua sudah kehendak Allah swt.
Ibu hapsah kini di makamkan didekat kuburan sang suami .
Jeni:
Ayah, ibu, kenapa kalian begitu cepat meninggalkan jeni (menangis)
Pak samir:
kasihan meihat jeni yang sekarang menjadi anak yatim piatu) jeni, jeni….?
Jeni:
Ayah, ibu, kini jeni hannya tinggal seorang diri.j eni tidak punya siapa-siapa lagi .
Pak samir:
Nak, mulai sekarang kamu tinggal bersama saya di rumah. jeni maukan?
Jeni:
(memeluk pak samir) iya pak, terima kasih.
Pak samir:
iya nak,sama-sama. Bapak janji akan menjaga dan merawatmu (sambil menggis)
Aknirnya jenipun tinggal di rumah pak samir, di rumah bapak anggkatnya yang sangat menyayanginya hingga dia dewasa dan berumah tangga.
Tamat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cermin

IBU KANDUNGKU JAHAT